Semiotika – Komunikasi tanpa Kata, Pengertian Simbol dan Tanda-tanda

Daftar Isi :

Dua Aspek Utama dalam Analisis Semiotika

Ada dua aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam proses seni, yaitu aspek objektif dan subjektif. Objektif berarti berkaitan dengan pertimbangan berbagai faktor yang membatai proses pengembangan seni seperti teknologi, teknik, material atau unsur-unsur seni rupa dan desain. Aspek subjektif berkaitan dengan kemampuan artistik dan kreativitas seniman, yang dibentuk oleh berbagai kebudayaan, mitos, kepercayaan, ideology atau ketaksadaran seniman itu sendiri (Piliang, 2003: 250). Pendekatan postmodern terhadap seni lebih menekankan pada aspek permainan tanda-tanda atau kode-kode memandang sebuah objek sebagai sebuah mozaik tanda-tanda.

Lebih lanjut (Piliang, 2003: 251) mengatakan, untuk mengkaji objek seni sebagai tanda, sama artinya menganggapnya sebagai komponen dari bahasa. Bahasa sendiri merupakan komponen dari sosial dan kebudayaan. Rosalind Coward dan John Ellis berpendapat … semua praktik sosial dapat dianggap sebagai makna, sebagai pertandaan (signification) dan sebagai pertukaran (exchange) di antara subjek-subjek, dan karenanya dapat bersandar pada linguistic sebagai model untuk pengembangan realitasnya secara sistematis.

Objek seni adalah komponen dari kebudayaan benda (material culture). Untuk mempelajari objek seni sebagai tanda sama artinya mempelajari kebudayaan dimana objek tersebut berada. Ia berfungsi sebagai tanda, yang mempunyai referensi pada fenomenal kultural. Piliang (2003: 251) mengatakan untuk mempelajari objek seni sebagai tanda adalah untuk menentukan kode-kode yang mengaturnya yang ada pada satu komunitas, kebudayaan atau ruang tertentu.

Dalam proses pemuatan kode makna kedalam objek seni, terdapat dua aspek yang harus dipertimbangkan, yang pertama aspek denotasi dan penampakan objek, yang mengacu pada sifat-sifat gestalt dan keindahan yang melekat pada objek. Kedua adalah aspek konotasi dan konsep objek, yang mengacu pada gagasan, citraan, pengalaman dan nilai-nilai objek seni. Aspek denotasi mengandung makna langsung yaitu makna khusu dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda. Sedangkan makna konotasi bersifat makna leksikal, makna kata seperti yang ada di kamus atau hukum/aturan yang dicanangkan.

Semiotika Komunikasi Visual

Dalam pemuatan makna tertentu pada objek seni, terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu kode, yaitu cara memilih, menyusun dan mengombinasikan tanda-tanda, makna yang diharapkan (bisa konvensional, kontradiktif atau ironis, dan ekspresi atau idiom, yaitu cara elemen-elemen bentuk dan tanda dikombinasikan sehingga menghasilkan totalitas bentuk, baik yang berupa elemen linguistik ataupun non-linguistik; Semiotika Komunikasi Visual.

Berdasarkan uraian diatas, objek seni rupa menjadi media komunikasi yang memberikan pesan tertentu dari seniman kepada apresiator. Pesan dalam karya seni rupa menempel pada sesuatu, yaitu bahan-bahan fisik ketika di encode (telah di tanda-kan) bagi interpreter.

Untuk mendapatkan batasan pesan dalam objek seni ada dua gejala tanda yang tidak dapat dipisahkan yaitu tanda yang menjadi pesan denotatif atau litere dan pesan konotasi. Pesan denotasi adalah pesan yang disampaikan oleh gambar secara keseluruhan sedangkan pesan konotasi adalah pesan yang dihasilkan oleh unsur-unsur gambar (Sunardi, 2002: 160). Denotasi sering juga dipahami sebagai pesan tanpa kode, artinya pesan yang disampaikan pada umumnya yaitu pesan tanpa penafsiran.

Kesimpulan

Tanda yang terdapat dalam sebuah karya seni rupa bersifat abstrak dan dapat dianalisis secara terperinci atas dasar bentuk yang tampak, baik itu teks maupun objek/bahasa yang lainnya.  Teks dalam sebuah karya seni rupa dapat menjadi wacana dan terkadang teks itu sendiri adalah bentuk utama dari karya itu sendiri. Sehingga semiotika dapat digunakan utuk menganalisa karya seni rupa dengan lebih dalam baik untuk kepentingan akademik, maupun seniman yang ingin mengeksplorasi dan mencari inspirasi dari karya yang telah berhasil sebelumnya.

Referensi

  1. Budiman, Kris, 1999. Kosa Kata Semiotika. Yogyakarta: LKIS
  2. Piliang, Yasraf Amir, 2001. Sebuah Dunia yang dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme. Bandung: Mizan.
  3. Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  4. Sunardi, S. 2002, Semiotika Negatifa. Yogyakarta: Kanal.
  5. Atkin, Albert 2006. Pierce’s Theory of Signs (Summer 2013 Edition), Edward N. Zalta (ed.), The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Dipublikasikan 13 Oktober 2006, Diakses tanggal 8 Februari 2018, https://plato.stanford.edu/entries/peirce-semiotics/
Pages: 1 2 3 4 5
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *