Rahmah El Yunusiyah: Pendiri Diniyah Putri, Menginspirasi Al-Azhar

Kecewa terhadap Sukarno

Ketika kembali ke Indonesia, Rahmah yang sebelumnya dimasukkan oleh Sukarno ke dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), merasa kecewa terhadap pemimpin republik itu. Ia menilai Sukarno terlalu dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Bukittinggi pada 1958, Rahmah ikut mendukungnya. Gerakan ini lahir karena PRRI merasa sudah tidak sejalan lagi dengan Sukarno, sehingga menuntut otonomi daerah yang lebih luas. Sukarno menganggapnya sebagai tindakan pemberontakan dan harus ditumpas.

Akibatnya, Rahmah dan rekan-rekannya harus menghindari kejaran tentara republik. Mereka keluar masuk desa dan bersembunyi di daerah pedalaman. Namun, ia akhirnya tertangkap pada 1961.

Tiga tahun kemudian, Rahmah divonis menderita kanker payudara dan sempat dirawat di Rumah Sakit Pirngadi, Medan. Ia bertahan selama lima tahun dan tutup usia pada 26 Februari 1969.

Aminuddin Rasyad dalam Hajjah Rahmah El Yunusiyyah dan Zainuddin Labay El Yunusy: Dua Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia (1991) menuliskan bahwa sehari sebelum kematiannya, Rahmah sempat menemui Gubernur Sumatera Barat, Harun Zain.

“Pak Gubernur, napas ini sudah hampir habis, rasanya sudah sampai di leher. Tolonglah Pak Gubernur dilihat-lihat dan diperhatikan Sekolah Diniyah Putri,” ucapnya. (tirto.id)

Info ruanglab lainnya:

Pages: 1 2 3
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *