Pengertian Istilah Debat Kusir

Pengertian Istilah Debat Kusir – Pengertian debat kusir menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah debat yang tidak disertai alasan yang masuk akal atau dapat dikatakan debat yang tidak berguna atau tidak ada kesimpulan akhir. Sedangkan pengertian debat memiliki makna pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Istilah debat kusir tidak diketahui secara pasti kapan mulai digunakan mengingat istilah ini memiliki dua kata yang masing-masing memiliki makna sendiri. Dengan demikian “debat kusir” bisa menjadi sebuah kata majemuk karena merupakan satu kesatuan yang tidak dapat disisipi kata lain.

Namun bisa menjadi frase bila mendapat sisipan kata, misalkan; “debat dengan kusir” delman di Yogya.

Istilah Debat Kusir

Ada beberapa cerita yang berkaitan dengan debat kusir yang menggambarkan pembahasan yang asal-asalan tanpa disertai bukti kuat, yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Pada masa lalu di mana delman masih menjadi transportasi, saat menunggu penumpang beberapa kusir (sais) atau orang yang mengemudikan delman (dokar, sado) sedang asyik ngobrol. Tiba-tiba kuda salah satu delman kentut, dan pemiliknya langsung berkata, “Sepertinya kuda saya masuk angin.

Kusir lain menimpali ucapan pemilik kuda tersebut, “Bukan masuk angin, tapi keluar angin.”

Pemilik kuda tetap pada pendiriannya menganggap kudanya masuk angin. Namun kusir lain juga mempertahankan pendapatnya bahwa itu keluar angin.

Dari perdebatan kusir yang masing-masing mempertahankan argumentasinya tanpa penjelasan yang jelas maka istilah debat kusir dipakai.

Ada cerita lain tentang debat kusir.

Saat naik delman, posisi penumpang ada di belakang kusir dan duduk menghadap ke samping. Sedangkan pak Kusir duduk menghadap ke depan. Dari posisi ini saja sudah menimbulkan sudut pandang yang berbeda jika membicarakan sesuatu.

Penumpang akan mengatakan pemandangan bagus karena duduk menyamping sehingga dapat melihat pemandangan sawah yang terhampar di pinggir jalan. Sedangkan kusir bisa saja menjawab pemandangan membosankan karena terus menatap jalan di depan.

Jika ini didebatkan terus-menerus akan tidak menemukan titik temu, karena masing-masing memiliki pandangan berbeda. (kanalpengetahuan.com)

Info ruanglab lainnya:

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *