Mengenal Nyamuk Wolbachia dan Cara Kerjanya

Mengenal Nyamuk Wolbachia dan Cara Kerjanya – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan tengah menebar nyamuk wolbachia secara masif untuk menekan penularan demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa wolbachia sebagai inovasi teknologi yang melengkapi strategi nasional pengendalian DBD, seperti gerakan 3M Plus.

Sebagai pilot project di Indonesia, implementasi itu dilakukan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.

Gerakan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia.

Melansir Antara pada Senin (20/11/2023), Kemenkes telah menebar jentik nyamuk dengan bakteri wolbachia di lima kota endemis dengue sejak awal 2023.

Penyebaran jentik nyamuk wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.

Lalu, apakah itu nyamuk wolbachia sebagai inovasi pengendali DBD? Artikel ini akan mengulasnya secara ringkas.

Apa itu nyamuk wolbachia?

Mengutip World Mosquito Program, wolbachia adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat secara alami pada 50 persen spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu.

Wolbachia hidup di dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga.

Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak membawa Wolbachia, namun banyak nyamuk lainnya yang membawa Wolbachia. Peneliti Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Adi Utarini MSc, MPH, PhD menerangkan bahwa bakteri wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium.

Mengutip dari laman Kemenkes.go.id, wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.

Itu merupakan sifat alami dari bakteri wolbachia. Wolbachia sendiri telah ditemukan di dalam tubuh nyamuk secara alami.

“Secara materi genetik baik dari nyamuk maupun bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam,” kata Prof. Uut, sapaan akrabnya.

Para peneliti kemudian mencoba bakteri wolbachia dimasukkan ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.

Hasilnya, nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung bakteri wolbachia tidak akan bisa menularkan virus dengue ke dalam tubuh manusia.

Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Hal ini yang kemudian dilihat peneliti bermanfaat untuk menjadi inovasi teknologi mengatasi DBD.

Nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia, kemudian sering disebut sebagai nyamuk wolbachia.

Bagaimana cara kerja nyamuk wolbachia? Dikutip dari World Mosquito Program, ketika nyamuk Aedes aegypti membawa Wolbachia, bakteri tersebut bersaing dengan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning.

Hal ini mempersulit virus untuk berkembang biak di dalam tubuh nyamuk. Sehingga, kecil kemungkinan nyamuk menyebarkan virus dari orang ke orang.

Artinya, ketika nyamuk Aedes aegypti membawa bakteri Wolbachia alami, penularan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning berkurang.

Prof Uut mengatakan bahwa teknologi wolbachia di Indonesia menggunakan metode “penggantian”, di mana baik nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami.

Tujuannya agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak-anak nyamuk yang mengandung wolbachia.

Menurut Dokter Keterangan Prof Uut dalam briefing PB IDI tentang “Mengenal Wolbachia dan Fungsinya untuk Mencegah Demam Berdarah” pada Senin (20/11/2023), menerangkan sebagai berikut: Jika nyamuk wolbachia jantan kawin dengan betina tanpa wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan menetas.

Jika nyamuk betina mengandung wolbachia kawin dengan jantan tanpa wolbachia, maka telur-telur nyamuk akan menetas dan semuanya akan mengandung wolbachia. Jika pasangan nyamuk membawa wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan akan menetas dan semuanya akan menjadi nyamuk wolbachia.

“Pada akhirnya, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki wolbachia,” harapnya. Itu mengingat bahwa wolbachia terdapat dalam telur nyamuk, maka bakteri tersebut akan diturunkan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya. Sehingga, dampak perlindungan wolbachia terhadap penularan dengue bersifat berkelanjutan (sustainable).

“Wolbachia berperan dalam memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk,” ucapnya. Alhasil, nyamuk yang mengandung wolbachia, tidak mampu lagi untuk menularkan virus dengue ketika nyamuk tersebut menghisap darah orang yang terinfeksi virus dengue.

“Pendekatan ini sangat efektif dalam pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di wilayah perkotaan besar yang berpenduduk padat dan dengan tingkat insidensi dengue yang tinggi,” lanjut Prof Uut.

Teknologi wolbachia telah melewati analisis risiko dari 2016-2020 oleh para peneliti Kementerian Riset dan Teknologi yang melibatkan 20 pakar dari berbagai bidang dan menghasilkan risiko yang dapat diabaikan.

Selain itu, nyamuk wolbachia menjadi kebijakan Kementerian Kesehatan yang telah didasarkan oleh analisis risiko, bukti ilmiah terbaik, rekomendasi, AIPI, dan rekomendasi Vector Control Advisory Group (VCAG) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (health.kompas.com)

Info ruanglab lainnya:

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *