Aliran ini adalah pergerakan yang menentang ide bahwa karya seni harus selalu didasari oleh sesuatu yang bernilai agung seperti seni klasik atau abstrak. Spesifiknya, pop art menentang gerakan abstrak ekspresionisme yang membuat seni seakan harus sulit dicerna dan hanya orang-orang tertentu saja yang memahaminya.
Konsep Gaya Pop Art
Caranya? Secara mentah-mentah justru menggunakan benda remeh sehari-hari yang dianggap tidak layak disebut seni dan mengubahnya menjadi karya seni. Barang ritel yang diproduksi secara massal dan menjadi produk keseharian kelas menengah ke bawah di isolasi dan disulap menjadi karya seni yang ternyata tidak kalah megahnya.
Gaya pop art juga terhitung berbeda dan terkadang menggunakan teknik yang disepelekan dan dianggap bukan seni. Cetak sablon, membuat karya dengan teknik gambar sehari-hari (doodling) hingga tidak malu untuk menggunakan teknologi (seperti OHP dan rugos) untuk menyelesaikan karyanya.
Intinya, mereka akan mengiakan berbagai teknik yang tidak membutuhkan keterampilan tradisional yang harus dilatih selama bertahun-tahun untuk menguasainya, seperti melukis atau mematung.
Jadi, bukan hanya objek atau subjeknya saja yang populer. Caranya berkarya juga dibawa ke ranah kehidupan sehari-hari yang jauh lebih nyata di era modern. Toh kenyataan pada zaman itu juga telah menunjukkan bahwa kebanyakan para “Seniman” telah berujung bekerja di firma periklanan untuk mendesain spanduk, poster, dan berbagai produk kreatif kebutuhan komersial lainnya.
Bahkan salah satu seniman terkuatnya, Andy Warhol dalam berkarya bersikap seperti seorang manajer perusahaan dan menganggap bahwa studionya adalah pabrik. Ia berkeyakinan bahwa cara melukisnya memiliki potensi untuk diperjualbelikan dan ia menjalankan bisnis tersebut layaknya perusahaan lain.