Goresan Abraham Salm Dalam Lukisan Keindahan Alam Nusantara Abad ke-19 – Generasi milenial tentu penasaran bagaimana suasana Malang 1870-an. Untuk mengobati rasa penasaran itu, mungkin Anda bisa melihat goresan lukisan Abraham Salm (1801-1876) berikut ini.
Abraham Salm (1801-1876) dikenal sebagai seorang pelukis berkewarganegaraan Belanda. Ia tinggal di Hindia-Belanda (sebutan untuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda) selama kurang lebih 29 tahun.
Sejatinya, Abraham Salm (1801-1876) ke Indonesia dengan maksud berdagang. Profesi sebagai pengusaha ditekuninya. Awalnya, ia memilih Kota Surabaya sebagai tempat usahanya. Tak disebutkan mulai tahun berapa, ia pun memutuskan untuk tinggal di Malang, sebagai seorang pemilik perkebunan tembakau.
Selain dikenal sebagai pengusaha, Abraham Salm (1801-1876) ternyata punya hobi melukis di sela-sela waktu luangnya. Profesi sebagai pelukis juga ditekuninya selama tinggal di Malang. Tak heran jika ia pernah mengabadikan suasana Malang 1870-an dalam kanvas dan goresan cat lukisnya.
Malang Raya sejak zaman penjajahan Belanda sudah dikenal sebagai Swiss van Java, di mana banyak orang Belanda yang datang karena tertarik dengan pemandangan alam khas pegunungannya. Tak terkecuali Abraham Salm (1801-1876), yang lebih suka melukis suasana alam Malang Raya dalam lukisannya.
Setidaknya, ada tiga buah lukisan Abraham Salm (1801-1876) yang menggambarkan situasi pemandangan alam di Malang 1870-an. Entah karena memang ia merupakan pelukis beraliran naturalis, atau memang itulah bukti kecintaannya pada pemandangan alam Malang pada masa tersebut. Yang jelas, ketiga lukisan itu dibuatnya dalam kurun waktu tahun 1865-1872.
1. Desa Berlatar Belakang Gunung Semeru
Lukisan pertama Abraham Salm (1801-1876) menggambarkan situasi sebuah desa di Malang yang tak disebutkan namanya. Yang jelas, pada bagian latar belakang, tampak Gunung Semeru yang berdiri gagah perkasa.
Dalam lukisan pertama ini, tampak pula beberapa rumah tradisional khas Jawa. Di depan rumah terdapat beberapa orang pribumi yang sedang duduk di atas tanah tanpa alas. Mereka terlihat seperti menyimak omongan seseorang yang berdiri yang jika dilihat dari pakaiannya diduga semacam tuan tanah. Di belakang si tuan tanah, Anda bisa melihat segerombolan kuda merumput dan beberapa bocah di sampingnya.
Terdapat sungai kecil yang mengalir dari arah Gunung Bromo yang memisahkan areal pemukiman tersebut. Sungai itu dilengkapi dengan jembatan bambu. Di seberang sungai pun terdapat rumah tradisional yang terkesan lebih bagus dari yang lain dengan latar belakang pohon kelapa yang menjulang. Di depannya terdapat beberapa wanita sedang memegang tampah berisi beras, dan beberapa lainnya tampak seperti memukul alu untuk menumbuk padi.
2. Bukit yang Mengapit Sungai Brantas
Lukisan kedua Abraham Salm (1801-1876) menggambarkan sebuah aliran Sungai Brantas. Deretan bukit berjajar mengapit aliran sungai yang dilengkapi dengan sebuah jembatan tersebut.
Jika melihat goresannya arus sungai tengah deras-derasnya, hingga air tampak terpercik kesana-kemari. Arusnya yang deras tampak terpecah oleh keberadaan beberapa bebatuan besar yang menghadang.
Bukit-bukit yang mengapit Sungai Brantas tersebut terlihat sebagian berwarna hijau, yang bisa dipastikan karena masih penuh oleh tumbuhan rimbun. Sebagian lagi menampakkan tanahnya yang kecoklatan. Di atas bukit terlihat berkabut, menggambarkan dinginnya suasana Malang kala itu.
Jembatan yang menjadi penghubung melintas di atas sungai tampak kokoh berdiri. Jika diamati dengan seksama, jembatan tersebut sudah dibuat dari bahan besi yang kuat. Ada empat tiang penyangga, dua di bagian kanan jembatan dan dua lainnya di sebelah kiri. Yang menarik, di ujung jalan terlihat dua orang yang tampak sedang menunjuk ke arah jembatan.
3. Pemukiman di Pegunungan Tengger
Lukisan ketiga Abraham Salm (1801-1876) yang tak kalah indahnya menggambarkan suasana pemukiman warga di Pegunungan Tengger. Keindahan alam kawah-kawah Tengger menjadi fokus utama lukisan ini.
Tampak rumah-rumah warga Tengger berderet di sisi kanan jalan menuju ke pegunungan. Disain rumah di pemukiman ini hampir mirip semuanya. Di sekitar pemukiman tersebut terdapat areal perkebunan. Ada pula jalan setapak yang dihiasi semak-semak menuju sebuah areal terbuka.
Di areal terbuka tersebut terlihat beberapa orang Belanda sedang beraktivitas. Ada yang sedang berduaan, yang satu duduk bersila dan satunya seperti orang tiduran. Yang menarik, justru dua orang lainnya yang tak jauh dari dua orang tadi. Yang satu tampak seperti sedang memotret ke arah pemukiman warga Tengger, sedangkan satunya terlihat sedang melukis di bawah payung. (ngalam.co)
Info ruanglab lainnya:
- Biografi Raden Saleh: Kisah Perintis Seni Lukis Modern Indonesia
- Kenali Pengertian Pop Art
- Apa Itu Infografis, Jenis, Manfaat, dan Cara Membuatnya