Willem Einthoven Penemu Elektrokardiograf dari Semarang Indonesia

Willem Einthoven Penemu Elektrokardiograf dari Semarang Indonesia – Willem Einthoven lahir di Semarang, Indonesia, pada tanggal 21 Mei 1860. Pada saat itu, Indonesia masih disebut dengan Dutch East Indies atau Hindia Belanda.

Einthoven adalah seorang berkebangsaan Belanda yang berhasil meraih Nobel pada tahun 1924 atas penemuannya, yaitu electrocardiograph (ECG).

Elektrokadriograf atau garis grafik debar jantung ditemukan oleh Einthoven pada tahun 1903, yang berarti baru sekitar 21 tahun kemudian panitia hadiah Nobel benar-benar meyakini manfaat penemuan tersebut untuk kepentingan hidup umat manusia.

Semasa hidupnya, Einthoven merupakan anak yatim ketika berusia enam tahun. Pada saat Einthoven berumur 10 tahun, dia bersama ibu dan saudara-saudaranya pindah ke Utrecht, Belanda.

Di kota tersebut, Einthoven kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan atasnya, dan memasuki Universitas Utrecht dengan mengambil jurusan kedokteran pada tahun 1879.

Pada saat masih aktif kuliah, Einthoven dikenal sebagai sosok yang rajin belajar dan juga aktif berolahraga.

Kedua bidang tersebut sangat menunjang prestasi Einthoven. Pernah suatu ketika, dia mengulas tentang gerak persendian bahu dan sikui pada saat kecelakaan berolahraga. dimana kecelakaan tersebut dialaminya sendiri yang mengakibatkan pergelangan tangannya patah.

Karena kerajinan dan kecerdasannya, maka pada usia 25 tahun, Einthoven sudah berhasil meraih gelar doktor dan ditunjuk menjadi profesor fisiologi di Universitas Leiden.

Meskipun kesibukannya tidak lepas dari bidang kedokteran dan fisiologi, Einthoven juga tertarik pada bidang fisika. Dirinya kemudian mempelajari sifat-sifat cahaya dan akibatnya terhadap otot mata.

Dia juga merancang alat yang dapar digunakan unruk mengukur ketidakberesan pada tubuh manusia dan terciptalah Galvanometer.

Galvanometer ciptaannya selanjutnya dia pergunakan untuk mengukur kemampuan saraf dan perubahan-perubahan listrik yang dikaitkan dengan gerakan otot.

Percobaan yang lain adalah menggunakan alat ini untuk menerima isyarat radiotelegraf dari Pulau Jawa.

Usaha tersebut dilakukannya dengan batuan Willem, seorang insinyur elektro yang juga putranya.

Selain rendah hati, Einthoven dikenal sebagai ilmuwan yang dermawan, sehingga laboratorium miliknya banyak dikunjungi ilmuwan lain dan mereka bebas untuk menggunakan metode penelitian yang diterapkan Einthoven.

Usaha terakhir dari Einthoven adalah meneliti arus gerak jantung yang masih tampak pada seseorang yang sudah mati.  Einthoven meninggal pada tanggal 28 September 197 di Leiden, Belanda. (amongguru.com)

Info ruanglab lainnya:

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *