Tuan Bosscha, Juragan Teh Priangan Bandung Selatan

Tuan Bosscha, Juragan Teh Priangan Bandung Selatan – Baru tadi malam saya menonton sebuah tayangan di Youtube yang bercerita mengenai Bosscha. Mungkin kebanyakan orang tidak asing dengan nama Bosscha dan akan tertuju  pada sebuah kawasan di Lembang yang dinamakan Obsevatorium Bosscha. Tapi tahukah kamu Bosscha adalah orang yang juga berjasa bagi warga Priangan?

Bosscha yang bernama lengkap Karel Albert Rudolf Bosscha lahir di Belanda pada tanggal 15 Mei 1865. Beliau adalah orang yang peduli pada masyarakat dan juga pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi.

Siapa sangka Tuan Bosscha merupakan seorang juragan teh di Bandung Selatan. Sekitar tahun 1896, Bosscha mendirikan perkebunan teh dengan luas 2.022 hektar di ketinggian 1.550mdpl.  Kebun teh miliknya dinamakan Perkebunan Teh Malabar yang sekarang banyak dijadikan objek wisata. Beliau mendirikan dua pabrik teh yaitu Pabrik Teh Malabar (saat ini menjadi Gedung Olahraga Gelora Dinamika) dan Pabrik Teh Tanara (sekarang dikenal Pabrik Teh Malabar).

Tuan Bosscha dijuluki sebagai Raja Teh Priangan selain karena memiliki perkebunan teh yang luas, tetapi produk teh unggulanya menembus pasar Eropa, bahkan beberapa sumber menyebutkan tidak hanya Eropa tetapi juga Afrika.  Saat ini perkebunan teh miliknya dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII.

Dengan hasil perkebunan tersebutlah Bosscha dapat menyumbang pada berbagai kegiatan atau yayasan, di antaranya pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sebelumnya adalah Technisce Hogeschool Bandung, Gedung Merdeka atau Societeit Concordia, Sekolah Luar Biasa Cicendo, dan tentu yang paling dikenal wargi Bandung adalah Observatorium Bosscha.

Jika mendengar kata juragan dan raja pada jaman dulu mungkin yang terngiang di kepala kita adalah sikap angkuh dan keras, apalagi menjadi orang terkaya di daerah yang cukup besar. Siapa yang menyangka bahwa Tuan Bosscha adalah pribadi yang ramah dan sosiawan. Bukti dari kebaikan beliau adalah ia mendirikan sekolah di sekitar perkebunan miliknya tersebut. Sekolah itu diberi nama Vervoloog Malabar (1901). Sekolah itu didirikan agar para pribumi dapat belajar dengan gratis, khususnya bagi para pekerja buruh perkebunan teh Malabar. Bagi para pekerjanya, Tuan Bosscha adalah orang yang ramah dan baik hati. Tidak Percaya? Coba saja kalian cari berbagai artikel tentang Beliau atau bila perlu kalian mengunjungi kawasan teh miliknya.

Sayangnya, pada tanggal 26 November 1928, saat hendak melihat perkebunannya beliau meninnggal dunia karena terjatuh dari kuda yang ia kendarai. Disinyalir luka akibat terjatuh itu menimbulkan penyakit tetanus karena terkena kotoran kuda. Beliau meninggal dengan menyisakan kesedihan bagi para pekerja. Kecintaannya terhadap perkebunan teh, membuat beliau menginginkan jasadnya dikubur di kebun teh miliknya tersebut yang tidak jauh dari kediamannya. Sebelum meninggal beliau memberi wasiat bahwa pohon teh yang telah menjadi bibit tidak boleh ditebang atau dipotong karena beliau ingin pohon tersebut tetap menjadi bibit awal dan tetap unggul. Sehingga para pekerja dapat mempertahankan kualitas tes dari perkebunannya.

 Wah, hal-hal tersebut pasti membuat takjub banyak orang. Untuk mengenang jasanya yang mulia kalian bisa datang juga ke perkebunan beliau di kawasan Malabar, Pangalengan. Di sana kalian dapat melihat-lihat makam dan rumah Bosscha dengan arsitektur yang indah. Jika kalian berkunjung jangan merusak ya. (unpaders.id)

Info ruanglab lainnya:

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *