PGSD UHAMKA: Kendaraan Tradisional Khas Betawi

PGSD UHAMKA: Kendaraan Tradisional Khas Betawi – Delman merupakan salah satu ciri khas kendaraan tradisional yang ada di Batavia (Jakarta) sejak zaman dahulu hingga kini. Untuk penamaan delman sendiri, nama kendaraanya dari nama penemunya, yaitu Charless Theedore Deelman, seorang litografer dan insinyur saat masa Hindia Belanda.

Dahulu, delman digunakan untuk angkutan antar kota, terutama sebelum kendaraan bermotor atau kereta api beroperasi di Indonesia pada tahun 1885, dari bogor menuju Bandung dengan biaya enam belas gulden yang ditempuh selama tiga belas jam perjalanan. Kendaraan ini dikendarai oleh kusir yang duduk di depan untuk mengendalikan jalanan kuda yang ditarik.

Dahulu, delman lalu-lalang di sekitaran Monas untuk mengantarkan pngunjung ataupun untuk bersenang-senang. Tapi semenjak tahun 2018, area Monas berubah menjadi kawasan bebas kuda, tidak ada lagi kuda yang beroperasi disana dan saat ini dialihkan di Kota Tua dan Ragunan
Lalu, kami mengunjungi sekitaran kawasan Kota Tua dan mewawancarai salah satu kusir yang ada disana.

Kegiatan observasi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta. Kami, memilih untuk mewawancarai kusir delman, karena saat ini delman di Jakarta sudah hamper tidak beroperasi dengan banyak, maka dari itu kami berharap kepada masyarakat Indonesia khususnya Jakarta, agar tetap menjaga ciri khas budaya betawi dan mengenali lebih luas delman di Jakarta.

Delman merupakan alat transportasi darat tradisional yang berbentuk seperti kereta beroda dua dan ditarik oleh kuda. Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sejak lama sudah memiliki hubungan dengan manusia. Kuda berperan dalam kehidupan manusia dapat dilihat dari fungsinya sebagai alat transportasi, mata pencaharian, dan sebagai salah satu untuk cabang olahraga (berkuda).Menurut sejarahnya, delman berasal dari nama penciptanya yaitu Ir. Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur, ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia pada saat itu.

Pada awalnya delman digunakan untuk mengangkut dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Delman mampu bertahan sampai saat ini meskipun telah berubah fungsinya. Perubahan fungsi pada delman sudah terlihat pada masa Pemerintahan HindiaBelanda, yang awalnya untuk mengangkut dan memindahkan barang, kini delman menjadi salah satu alat rekreasi yang berfungsi sebagai sumber penghasilan utama bagi “pak kusir/kusir” (sebutan untuk pengendara delman).

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar kelas 2A dari kelompok 6 Melaksanakan Observasi di AlunAlun Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat. Kegiatan ini di lakukan pada hari Minggu, 27 Maret 2022 pada pukul 11.30 WIB.

Pada hari Minggu. 27 Maret 2022 kami mewawancari salah satu kusir Andong (Delman) yang berada di salah satu tempat wisata di Kota Tua yang bernama Muhammad Deni (27). Beliau sudah berprofesi sebagai kusir delman sejak awal tahun 2020, tepatnya pada saat covid-19 sedang maraknya di Indonesia. Sebelum beliau bekerja sebagai kusir delman, ia sempat bekerja sebagai sopir angkutan umum (angkot) dan Ia memilih bekerja sebagai kusir delman karena beliau ingin membudayakan sesuatu yang menjadi ikon Betawi sejak zaman datangnya para penjajah yang menjadikan salah satu kendaraan tradisional.

Pada saat masa pandemi covid-19, penghasilan beliau mengalami penurunan sehingga pak Deni harus mengurangi stok makanan seperti singkong dan ubi, untuk kudanya yang biasanya

kurang lebih 4 kg kini menjadi 2 kg untuk tiap harinya. Lalu, untuk minumannya air dengan campuran gula merah agar dapat meningkatkan stamina kuda.

Disaat zaman semakin modern, tentunya antusias masyarakat terhadap delman tidak berkurang. Masyarakat itu sendiri, semakin membudayakan dengan cara menggunakan delman sebagai alat transportasi untuk acara-acara yang berkaitan dengan adat betawi seperti arak-arakkan khitanan dan pernikahan.

Pada akhir kegiatan observasi, kegiatan ini di tutup dengan sesi foto bersama dengan bapak deni selaku narasumber. Semoga hasil observasi dapat di terima dan dapat dipahami dengan baik serta Masyarakat dapat memanfaatkan atau membudayakan salah satu kendaraan tradisional yang menjadi ikon Betawi.

Info ruanglab lainnya:

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *