Ini Dia Generasi Strawberry?

Ini Dia Generasi Strawberry? – Pernahkan kamu mendengar istilah generasi strawberry? Ya, generasi strawberry ini ternyata benar adanya loh, terletak dibawah generasi milenial dan gen Z. Lalu, apa itu sebenarnya generasi strawberry? dan apa perbedaan karakteristik generasi strawberry dengan generasi yang lainnya?

Mengenal Istilah ‘Generasi Strawberry.’

Apa yang kamu rasakan ketika mencicipi buah strawberry? Segar tapi kecut dan sangat mudah hancur ketika dimakan, bukan? Nah itulah istilah kenapa disebut generasi strawberry. Generasi yang terlihat tangguh, menarik dari luar namun sangat rentan ketika dihadapi dengan tantangan dan tekanan.

Asal mula penyebutan generasi ini berasal dari negara Taiwan, yaitu Prof Rhenald Kasali menyebutkan bahwa generasi strawberry ini generasi yang kreatif dan inovatif tetapi mudah rapuh karena kondisi. Hal ini dapat kita lihat dengan mudahnya di media sosial. Banyak generasi cerdas yang berani menciptakan hal baru, namun tak sedikit pula dari mereka yang mengeluh merasa sangat tertekan dan depresi.

Apa Perbedaan Generasi Strawberry Dengan Generasi Yang Lainnya?

Penamaan istilah generasi ini bukan sekedar penamaan tentunya. Menurut Prof Rhenald Kasali ada beberapa faktor mengapa generasi strawberry dapat muncul, yaitu :

  1. Terlalu Dimanja

Penyebab pertama rentannya kondisi mental generasi strawberry adalah akibat terlalu dimanja khususnya oleh orang tua. Tak bisa kita pungkiri bahwa kehidupan sekarang umumnya jauh lebih sejahtera dibandingkan beberapa tahun silam.

Keluarga yang sejahtera cenderung memberikan dengan mudah apa yang diminta oleh anaknya. Bahkan mereka sudah tidak lagi memberlakukan hukuman kepada anaknya yang melanggar aturan. Kebiasaan ini tentu akan membentuk pola perilaku anak yang rentan akan keadaan yang keras. Sehingga mereka terbiasa dengan suasana hidup yang nyaman dan enak. Tentu saja penyebab dari kurangnya didikan yang tegas akan membentuk anak yang mudah hancur bahkan lari saat dihadapkan dengan masalah. 

  1. Kebiasaan Dalam Self-Diagnose

Banyak orang yang merasa dirinya perlu healing tanpa ia mengetahui dahulu apa arti dari kata tersebut. Padahal arti kata tersebut digunakan pada saat proses penyembuhan luka psikologis di masa lalu atau yang kita sebut luka batin. 

Banyak generasi sekarang yang sangat merasa tertekan dan berdalih ingin healing padahal yang ia butuhkan yaitu hanya sekedar refreshing. Inilah kebiasaan renta generasi strawberry yang mudah melabelkan dirinya lemah padahal belum berusaha maksimal.

  1. Didikan Orang Tua Yang Terlalu Membanggakan Anaknya

Kebiasaan terlalu mengagung-agungkan anaknya di depan khalayak umum ternyata dapat menjadi bumerang untuk kondisi mental sang anak loh. Anak merasa dirinya tertekan dan harus menjadi apa yang orang tua nya katakan. 

Alhasil jika sedikit saja hasilnya tidak sesuai harapan, ia akan merasa jatuh dan gagal. Padahal itu semua hanyalah ekspektasi berlebihan orang tua kepada anaknya. 

Apakah Semua Generasi Strawberry Itu Lemah?

Generasi Strawberry memang dicap sebagai generasi lemah bila dibandingkan generasi atas lainnya. Namun, bukan berarti semua generasi strawberry ini selalu lemah. Ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan agar kamu terhindar dari sebutan generasi strawberry, yaitu :

  1. Memperbanyak Literasi

Perbanyaklah wawasan mu agar terhindari dari kebiasaan mengeluh. Kamu dapat mempelajari sesuatu yang baru agar diri kamu selalu termotivasi dan terhindari dari keadaan putus asa.

  1. Jangan Percaya Sosial Media

Tanamkan dalam diri kamu bahwa semua kehidupan dibalik layar bukanlah kehidupan sebenarnya. Cobalah untuk melakukan pembatasan sosial media dengan memberikan jam main. Kebiasaan ini juga sekaligus dapat melatih kedisiplinan dalam diri.

  1. Peranan Orang Tua dan Pendidik

Perkembangan remaja juga tak lepas dari peranan orang tua dan guru. Orang tua harus juga memahami cara mendidik anak dengan baik dan benar. Anak bukanlah aset yang dapat dijadikan investasi di masa depan kelak. Jadi, sebagai pengaruh pola pikir nomor satu, orang tua harus dapat memahami dan memperhatikan pola perkembangan anak.

Selain itu juga guru harus mengembangkan situasi pembelajaran yang menyenangkan.. Guru tidak berhak mengelompokkan anak berdasarkan kemampuan belajar karena sejatinya tidak ada anak yang pintar dan bodoh. Belajar adalah sebuah proses yang tidak instan. (teknologi.id)

Info ruanglab lainnya:

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *