Sejarah Pertambangan Batubara Indonesia

Sejarah Pertambangan Batubara Indonesia – Batubara adalah penghasil listrik hampir setengah dari listrik dunia. Di Indonesia, batubara saat ini menjadi komoditi idola dari dunia pertambangan. Walaupun jumlah batubara di Indonesia hanya sekitar 1% dari jumlah batubara di dunia, namun saat ini Indonesia adalah pengekspor batubara terbesar di dunia.  

Karakteristik batubara indonesia yang berkualitas bituminus – sub bituminus, sangat cocok untuk bahan bakar PLTU. Oleh karena itu batubara indonesia banyak diminati juga oleh negara lain. Di samping itu posisi Indonesia sebagai negara kepulauan cukup strategis untuk pengiriman batubara ke negara lain melalui transportasi laut.

Sejarah pertambangan batubara secara modern diawali dengan penemuan cebakan batubara di Ombilin tahun 1856, yang dilanjutkan dengan pekerjaan persiapan selama lebih kurang 36 tahun sebelum produksi pertama tahun 1892.
Pekerjaan persiapan tersebut termasuk membangun rel kereta api dari kota Padang ke Sawahlunto – yang selanjutnya berperan penting dalam pembangunan Sumatra Barat.

Selain di Ombilin, pertambangan batubara juga dibuka di Tanjung Enim (Sumatra Selatan), tepi s. Mahakam (Kalimantan Timur), Pulau Laut (Kalimantan Selatan).

Daftar Isi :

Empat phase penting dari perkembangan pertambangan batubara Indonesia:

1. Sebelum tahun 1941

  • Awal dibukanya tambang-tambang batubara modern:
    ◦ Ombilin – tambang bawah tanah
    ◦ Tanjung Enim – tambang terbuka
    ◦ Tepi sungai Mahakam – tambang bawah tanah
  • Pemakai batubara: transportasi (kereta api), pabrik semen, industri manufaktur dan industri kecil – terutama di sekitar tambang batubara.  
  • Pabrik Semen Padang dibangun tahun 1910 menggunakan batubara dari Ombilin. 
  • Produksi meningkat hingga mencapai sekitar 2 juta ton/tahun.   

2. Antara 1941 sampai tahun 1974 

Baca Juga : Mitos yang Masih Dipercaya di Indonesia

Baca Juga : Hidrosfer

Baca Juga : Batu Bara: Pengertian, Jenis, dan Proses Terbentuknya

  • Pendudukan Jepang mengambil alih tambangtambang yang ada dan dimanfaatkan untuk keperluan perang.
  • Setelah kemerdekaan dan nasionalisasi pada pertengahan tahun 50-an, produksi menurun karena pemakai batubara mulai berkurang dan kekurangan tenaga ahli, walaupun ada bantuan teknik dari Polandia pd awal tahun 60-an. 
  • Batubara mulai ditinggalkan, diganti oleh minyak .
  • Tingkat produksi mencapai titik terrendah pada tahun 1969 (sekitar 200 ribu ton/tahun).
  • Awal tahun 70-an krisis minyak membuat perhatian kembali ke batubara.

 3. Antara 1974 sampai tahun 1991

  • Kontrak karya pertama dengan Shell Mijnbouw – di Sumatera Selatan, sekitar Tanjung Enim pada tahun 1974 – berakhir tahun 1978 tanpa kelanjutan. 
  • Awal 80-an proyek terpadu pengembangan tambang Bukit Asam, jalur kereta api dari Tanjung Enim ke Tarahan (Lampung) dan PLTU Suralaya.
  • PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) terpisah dari PN Tambang Batubara. 
  • PN Tambang Batubara menandatangani kontrak kerjasama (KKS) dengan perusahaan asing untuk pengembangan pertambangan batubara di berbagai tempat di Kalimantan dan Sumatra. 
  • Tahun 1990 – PN Tambang Batubara dibubarkan dan dilebur ke PTBA
  • Tahun 1990 beberapa tambang KKS telah memasuki tahap operasi produksi

 4. Sejak 1991

  • Produksi batubara Indonesia terus meningkat secara signifikan – terutama dari tambangtambang milik PTBA dan KKS.
  •  Tahun 1995 PTBA tidak lagi sebagai prinsipal KKS – diambil alih oleh pemerintah – menjadi PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan  Pertambangan Batubara).
  • Sampai saat ini sudah 3 generasi PKP2B  
  • Kebutuhan domestik meningkat dengan dibangunnya PLTU-PLTU baru. 
  • Ekspor juga meningkat dengan pesat sejalan dengan berkembangnya negara-negara industri baru di Asia Timur

Baca Juga : 10 Penemuan Terkenal Yang Ternyata Pernah Dicuri

Baca Juga : Kenapa Negara Kita Bernama Indonesia?

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *