5 Tips Menjaga Keamanan Akun Virtual Anda – Nyaris semua lini kehidupan nyata manusia berhubungan langsung dengan dunia “lain”. Ungkapan “lain” disini bukan dunia gaib penuh mistis dengan aroma penampakan makhluk halusnya. Melainkan dunia maya atau alam online yang sangat menguasai hajat hidup orang banyak.Per September 2014 jumlah pengguna facebook Indonesia berada di urutan keempat di dunia dengan 69 juta akun ditambah twitter yang memiliki populasi 20 juta akun aktif dan terus bertambah hingga sekarang. Ini membuktikan tingginya kesadaran orang Indonesia akan kebutuhan dunia online. Tak dipungkiri era digital membuat kehidupan seseorang menjadi lebih mudah dan praktis. Alasannya sederhana via online kita bisa memperpendek jarak dan memangkas birokrasi yang berbelit.
Namun bukan tanpa resiko, segala bentuk transaksi via “dunia lain” ini memiliki celah yang masih bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Berbagai kasus pembobolan rekening dan kartu kredit terjadi setiap harinya.
Berikut beberapa tips untuk menjaga keamanan akun virtual Anda yang bisa dilakukan:
1. Lebih Rumit Lebih Baik
Setiap akun entah itu sosmed, surel, dan rekening bank pasti memiliki kata sandi atau lazim dibilang password. Password inilah yang harus menjadi basis pertahanan paling kuat anda. Karena itu gunakan password yang rumit dengan kombinasi angka dan huruf.
Biasanya ketika registrasi anda akan diberitahu apakah sandi yang anda berikan itu kuat atau lemah. Hindari penggunaan tanggal lahir atau sesuatu yang sangat dikenal orang banyak ketika membuat sandi. Jika anda memiliki lebih dari satu akun usahakan setiap akun memiliki password berbeda-beda.
Karena ini akan menyulitkan para peretas data atau hacker dalam mengambil data kita. Terakhir lanjutkan dengan membuat pertanyaan keamanan yang sulit. Pertanyaan keamanan dimaksudkan ketika anda lupa password anda sendiri maka anda masih bisa masuk dengan menjawab pertanyaan keamanan yang sudah anda buat sebelumnya.
Jadi akan sangat percuma jika password anda sudah rumit tetapi hacker mampu menjawab pertanyaan keamanan anda dengan mudah.
2. Jangan Hobi pake Wi-Fi gratisan.
Kebiasaan masyarakat kita untuk berlama-lama di area umum yang mengandung wi-fi memang sudah mengakar kuat. Mental gratisan yang membudaya ini bisa berpengaruh buruk terhadap akun-akun sensitif yang kita miliki.Jangan sekali-kali menggunakan atau membuka akun vital anda seperti rekening, kartu kredit, paypal, ataupun surel anda tanpa perlindungan sama sekali. Ingat ketika anda menggunakan akun-akun tersebut di fasilitas umum anda sedang membiarkan para hacker untuk membobol data anda. Jadi hati-hatilah saat di laptop atau tablet anda ada perintah untuk mengapdet software anda yang sudah usang.
Karena para hackers biasanya menggunakan modus seperti ini dalam menjalankan operasinya. Bak gayung bersambut kebanyakan dari kita malah sering apdet instalan di hotspot-hotspot umum. Lalu apa upaya kita agar masih bisa menggunakan fasilitas gratis ini namun tetap aman?
Penggunaan VPN atau Virtual Private Network bisa menjadi solusi bagi pehobi wi-fi gratisan ini. VPN ini bisa disebut juga “jaringan dalam jaringan” sebagai keamanan ekstra terhadap akun kita. Dengan fasilitas ini lalu lintas data kita akan lebih privasi.Contoh dari VPN untuk laptop adalah Cyberghost, sedangkan untuk tablet dan smartphone bisa mencoba Hotspot Shield VPN atau Avast dan SecureLine VPN. Ada satu kelemahan dari penggunaan VPN ini yaitu koneksi anda akan lebih “lemot” dari sebelumnya.
Untuk tips ketiga ini lebih ditekankan pada transaksi keuangan yang melibatkan internet. Yaitu bagi para pengguna layanan “m-banking” atau fasilitas rekening bank secara online. Seperti biasa hal-hal yang mengandung uang sangat diminati para hackers.Jadi gunakan proteksi ganda. Password saja tidak cukup, atau persulit lagi pertanyaan keamanannya barangkali. Ingat pertanyaan keamanan itu biasanya ada pada akun sosmed atau surel saja bukan akun bank. Bank biasanya menggunakan dobel proteksi untuk transaksi yang dilakukan secara online.
Selain password bank juga memiliki proteksi tambahan seperti “verifikator” yang fungsinya adalah memverifikasi dan menegaskan bahwa pelaku transaksi adalah si pemilik akun yang bersangkutan. Biasanya verifikasi ini dikirim via sms, telepon, surel dan kini bank juga memiliki alat sendiri yang disebut token yang berisi kode-kode angka untuk setiap transaksi yang terverifikasi si pemilik akun.
Bahkan perusahaan besar sekaliber Google rela mengirimkan surat verifikasi resmi dari pusat via pos hanya untuk menyampaikan kode verifikasi layanan surat elektroniknya. Sebuah layanan fantastis untuk sekedar penyampaian verifikasi email biasa. Karena Google tahu secanggih apapun hackers dia hanya berjaya di dunia maya bukan dunia nyata.
4. Awas e-mail Abal-Abal!
Sering kita mendapati email atau surat elektronik (surel) dari seseorang atau instansi yang mungkin tidak dikenal. Sebenarnya kita tidak usah repot-repot untuk membaca atau bahkan mem-follow-up email yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan akun kita.Tetapi akan lain ceritanya jika kita mendapati email dari bank penerbit rekening atau kartu kredit kita. Pengguna awam mungkin akan dengan mudahnya membuka, mengunduh dan mengklik link yang ada di email tersebut. Karena biasanya para hacker akan menggiring “korban” ke situs bank “abal-abal” yang dibuat sebelumnya.
Bisa ditebak cerita selanjutnya hacker akan meminta identitas, pin, no rekening atau password dengan dalih “maintenance” dari pihak bank. Modus seperti ini populer dengan nama “phishing scam”.
Langkah pencegahannya gampang, kita hanya perlu menyadari bahwa bank tidak akan meminta sembarangan identitas bahkan pin nasabahnya via email, sms,dan telepon sekalipun. Jadi intinya ketika anda mendapat email seperti itu lebih baik anda kroscek langsung dengan mendatangi ke bank tersebut. Atau hubungi call center resmi dari bank penerbit rekening anda.
5. Cermat, Teliti, dan Waspada
Hal terakhir yang harus dilakukan selain berdoa agar terhindar dari pembobolan akun oleh hacker adalah cermati setiap data kita. Teliti setiap transaksi tercetak yang dilaporkan pihak bank. Tidak sedikit para pemegang kartu kredit yang akhirnya geleng-geleng kepala saat harus membayar transaksi yang tidak pernah dilakukannya.Hackers mampu berbelanja dengan menggunakan identitas anda. Jadi seolah-olah andalah yang sedang bertransaksi. Identitas atau akun curian seperti ini dinamakan “fullz”. Penggunaan fullz biasanya terjadi tanpa disadari. Karena mula-mula hackers hanya melakukan transaksi dengan jumlah nominal kecil yang mungkin tidak akan dicurigai sang pemilik akun. Di negara-negara maju bahkan Fullz tidak hanya menimpa kartu kredit saja melainkan hingga ke data asuransi kesehatan.
Saran dari semuanya adalah selalu waspada terhadap setiap transaksi baik kecil atau besar. Gunakan fasilitas keamanan berlapis seperti dobel verifikasi dan catat setiap transaksi yang dilakukan bila memungkinkan.
referensi: www.4muda.com
Info ruanglab lainnya: